Perasaan sekarang ini perkuliahan belum dimulai, namun saya merasa mendapat banyak materi kuliah hari ini. Kamu boleh menyebutnya kuliah "hidup". Semua berawal dari perjalanan saya ke sebuah coffee shop di Pondok Cina (sebuah kawasan di Margonda, pusat kota Depok). Dengan berbekal hem warna merah motif kotak-kotak dan celana panjang bermerk curidimal yang kumal karena belum disetrika, saya berangkat menyusuri padatnya kota Depok siang itu. Perginya saya ke coffee shop itu bukan tanpa alasan, ada misi khusus yang saya emban dan mesti saya lakoni hingga tuntas.
Jalan kakilah saya dari tempat persinggahan by foot sampai halte fakultas teknik Universitas Indonesia. Sesampainya saya di sana, sembari menunggu Bis Kuning (BIKUN) UI lewat saya menyalakan earbud yang baterainya tinggal 10% untuk kemudian dihubungkan dengan smartphone saya via bluetooth. Tak hanya sampai situ, saya pun membuka buku Epistemologi Islam yang sebenarnya merupakan kumpulan materi kuliah Prof. Satria Effendi allahuyarham (pakar ushul fiqh) semasa mengajar di fakultas hukum UI. Hal ini saya tempuh untuk menghilangkan gabut menunggu BIKUN datang. Alhamdulillah, selang sekitar 8 menit BIKUN pun datang.
Berangkat dari tempat persinggahan sekitar pukull 14.30, sampai di coffee shop pukul 15.00, kalau kita estimasikan yah sekitar 30 menit waktu tempuh untuk tiba di sana. Di sana saya menghabiskan waktu selama beberapa jam. Usai dari coffee shop, saya tak langsung pulang, meski waktu menunjukkan pukul 17.00 saya gasskeun ke Grumedia Depok. Untuk menuju ke sana, saya menggunakan moda transportasi angkutan umum. Hanya merogoh kocek Rp3.500 saja sampai di toko buku tersebut. Oh iya, tentunya saya di Grumedia tak sekadar BaBuTePu (Baca Buku Terus Pulang), melainkan membeli satu buku karya seorang ulama kontemporer kenamaan, yakni Syekh Yusuf Qaradhawi. Buku tersebut berisikan perihal Al-Qur'an.
Selesai dari Grumedia saya tak langsung pulang, jam menunjukkan pukul 20.00, sebelum pulang saya mencoba mencecap Sate Padang beserta kuahnya yang kental nan nikmat. Akhirnya pukul 20.30 saya memutuskan untuk mencari ojek online terdekat untuk menghantar saya kembali ke tempat persinggahan.
Kemudian, ketemulah saya dengan salah seorang driver Grub. Tanpa tinggal diam, saya mengajak ngobrol sang driver hal-ihwal yang cukup kompleks, mulai dari tempat tinggal, riwayat pendidikan, hingga hal yang unbelieveable, yakni pengalaman hidup. Ngobrol sana ngobrol sini, eh ternyata sang driver merupakan santri dulunya. Beliau saya panggil pak Diyem. Selama di perjalanan, saya disuguhi limpahan ilmu dan pengalaman. oleh beliau. Betapa tidak, beliau banyak membagikan cerita inspiratifnya kepada saya, Peristiwa tersebut pun mengetuk hati saya, "Kamu jadi orang harus pinter syukur wan!"
Beliau mengatakan, kerja menjadi ojol baginya diniatkan untuk berdakwah. Faktanya menurut beliau, orang-orang di ojek pangkalan atau bahkan orang mabuk-mabukan sebenarnya punya hasrat untuk belajar islami. Namun, mereka malu untuk belajar. Selain itu, adanya anggapan sebelah mata dari masyarakat kepada mereka dengan stempel "negatif". Ternyata, beliau secara tidak langsung berdakwah mengajak masyarakat ojek untuk mengaji. Keren dah buat bapaknya!
Di tengah perjalanan sampai tiba di tempat singgah saya, beliau bercerita tentang esensi dan urgensi berdakwah dewasa ini. Pokoknya mah daging pisan obrolannya. Malam ini saya mendapat kuliah jalanan, di tengah susuran udara dingin nan kondisi traffic yang padat di Depok, saya mendapat kuliah jalanan dari pak Diyem, terima kasih atas waktu dan ceritanya pak, mugi-mugi saged manfaat, amin!--paling serius.
Komentar
Posting Komentar