Langsung ke konten utama

Degree Of Comparison

Pada dasarnya, degree of comparison merupakan kata sifat (adjective) atau kata keterangan (adverb) untuk menunjukkan perbandingan.

Degree of comparison sering juga disebut sebagai comparative degrees. Berdasarkan tingkat perbandingannya, degree of comparison dibagi menjadi 3 jenis yaitu Positive Degree, Comparative Degree, dan Superlative Degree.

1. Positive degree digunakan untuk menunjukkan bahwa kedua hal yang dibandingkan berada di level yang sama atau sebanding.

Sederhananya, positive degree ini kalau dalam bahasa Indonesia bisa disebut “sama dengan”.

Rumus: … + as adjective/adverb as + …
Im as tall as him. (Saya sama tingginya dengan dia.)
I want to be as strong as my father. (Saya ingin menjadi sekuat ayah saya.)
You should practice English as often as you can. (Kamu harus berlatih bahasa Inggris sesering yang kamu bisa.)


2. Comparative Degree

Digunakan untuk membandingkan sesuatu yang memiliki sifat lebih dibanding hal lainnya. Dalam comparative degree, kata sifat atau keterangan ditambahkan -er di belakangnya atau more di depannya. Bagaimana tahu kapan harus menambahkan -er atau more?

Imbuhan -er digunakan untuk kata dengan dua suku kata. Misalnya, happy berubah menjadi happier atau big menjadi bigger. Sementara untuk kata dengan lebih dari dua suku kata, gunakan more. Misalnya, beautiful menjadi more beautiful atau expensive menjadi more expensive. Setelah kata sifat atau kata keterangan, tambahkan kata than yang artinya daripada)

Rumus: …. + adjective/adverb-er OR more adjective/adverb (+than+ …. )
The blue house is smaller than the red house. (Rumah biru lebih kecil daripada rumah merah.)
This sofa is more comfortable than that chair. (Sofa ini lebih nyaman daripada bangku itu.)
I should learn more diligently next year. (Saya harus belajar lebih rajin lagi tahun depan.)

3. Superlative Degree. Disebut super karena superlative degree digunakan untuk menunjukkan hal yang paling di antara hal lainnya. Superlative degree digunakan saat membicarakan 3 hal atau lebih.
Sama seperti comparative degree, superlative degree ada dua bentuk yaitu yang ditambahkan -est di belakang kata dan yang ditambahkan most di awal kata. Aturannya pun masih sama, -est digunakan untuk kata dengan 2 suku kata atau kurang, sementara most digunakan untuk kata dengan 3 atau lebih suku kata. Sebelum kata sifat atau keterangan, gunakan kata the.

Rumus: … + the + adjective/adverb-est OR most adjective/adverb (+O in/of … )
Ani is the smartest student in her class. (Ani adalah murid terpandai di kelasnya.)
Ahmed runs the fastest of all the runners. (Ahmed larinya paling cepat di antara semua pelari.)
Borobudur is the most interesting place that I have ever visited.

Sumber : Materi dosen Bahasa Inggris saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I’TIBAR, MUTABA’AT, DAN SYAWAHID [unedited]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam struktur tingkatan sumber hukum umat islam, hadis (sunnah) menempati urutan kedua setelah al-qur’an, karena disamping sebagai ajaran islam yang secara langsung terkait dengan kehidupan Rasulullah saw. sebagai suri tauladan, juga karena fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan al’qur’an. Hadis Nabi meskipun dalam tingkatan sumber hukum berada pada urutan kedua, namun dalam praktik pelaksanaan ajaran islam sangatlah penting, bahkan tidak jarang dianggap sejajar dengan al-qur’an. hal ini, karena hadis selain sebagai penguat dan penjelas terhadap al-qur’an, terkadang ia secara independent dapat menjadi pijakan dalam menentukan ketetapan hukum terhadap suatu permasalahan yang tidak disebutkan dalam al-qur’an. Hadis dengan berbagai dimensinya selalu menjadi fokus kajian yang problematik dan menarik. Studi hadis pun dikalangan para peneliti hadis terus mengalami perkembangan. Beragam objek studi hadis terus berkembang dari masa ke mas

Kuliah Jalanan

    Perasaan sekarang ini perkuliahan belum dimulai, namun saya merasa mendapat banyak materi kuliah hari ini. Kamu boleh menyebutnya kuliah "hidup". Semua berawal dari perjalanan saya ke sebuah coffee shop di Pondok Cina (sebuah kawasan di Margonda, pusat kota Depok). Dengan berbekal hem warna merah motif kotak-kotak dan celana panjang bermerk curidimal yang kumal karena belum disetrika, saya berangkat menyusuri padatnya kota Depok siang itu. Perginya saya ke coffee shop itu bukan tanpa alasan, ada misi khusus yang saya emban dan mesti saya lakoni hingga tuntas.     Jalan kakilah saya dari tempat persinggahan by foot sampai halte fakultas teknik Universitas Indonesia. Sesampainya saya di sana, sembari menunggu Bis Kuning (BIKUN) UI lewat saya menyalakan earbud yang baterainya tinggal 10% untuk kemudian dihubungkan dengan smartphone saya via bluetooth. Tak hanya sampai situ, saya pun membuka buku Epistemologi Islam yang sebenarnya merupakan kumpulan materi kuliah Prof. Satria

Tak Siap

Telah lama kupendam hingga padam Prahara asmara yang kian bermunculan di kepala Namun apa kata tiba-tiba saja tiba di depan mata Sungguh rencana Tuhan selalu saja tak terkira Banyak kata yang ingin terucap Sepatah dua patah ihwal perasaan penuh harap Tapi apa daya raga ini bak berkata tak siap Maksud hati tuk menatap syahdan menetap Banjarnegara, 17 Mei 2021